Selasa, 06 Mei 2014

TIDAK ADA SATUPUN DALIL YANG MELARANG BERHARAP



Cerita seorang mafia. Suatu hari, ia menculik seorang anak dan melarikan anak tersebut dengan sebuah sedan. Didalam perjalanan karena ingin pipis si anak pun memohon kepada si mafia.
Si anak, "om tolong berhenti bentar dong aku kebelet pipis."
Si mafia, " Ah itu perasaan kamu aja. Ntar juga hilang "
Lima menit kemudian, si anak kembali memohon, " kebelet nih !"
Si mafia, " sudahlah itu perasaan kamu saja, ntar juga hilang"
Sepuluh menit lagi-lagi si anak menohon, " om, beneran nih "
Si mafia, " diamlah , itu perasaan kamu saja, ntar juga hilang "
Sekitar setengah jam kemudian terciumlah bau pesing
Si mafia, " kok bau pesing, kamu kencing ya?
Si anak " ah itu perasaan om saja, ntar juga hilang."

Hehehe! Begitulah kalau berharap sesama manusia, kita sering kecewa. Akan jauh berbeda kalau kita berharap dan memohon kepada allah.

Dibagian terakhir ini , tolong digaris bawahi tebal-tebal , tidak ada satupun dalil yang melarang kita untuk berharap kepada allah. Sama sekali tidak ada.! Sebaliknya, seluruh dalil malah menyuruh kita untuk berharap kepada allah! inilah yang namanya berniaga dengan allah, berniaga untuk allah!
  • Jika kita berharap balasan dunia, maka kita akan mendapatkan balasan dunia. Mungkin tidak tersisa lagi balasan akhirat.
  • Tapi, jika kita berharap balasan dunia dan akhirat, maka kita akan mendapatakan balasan dunia dan akhirat ( QS 2: 200-202, QS 28: 77 ). Nah , yang terbaik adalah mengaharap balasan dunia dan akhirat. Layaknya berdoa selamat dunia akhirat.
  • Bukankah sebaik-baiknya berharap adalah berharap kepada allah? Justru ada pahala disana.
  • Bukankah allah menyukai orang yang berharap dan bergantung kepada-Nya.
  • Bukankah allah memurkai orang yang tidak mau berharap kepada-Nya?
  • Lha, kalau kita tidak boleh berharap kepada allah, lantas kita mau berharap sama siapa lagi? Masak mau berharap sama tuyul? Yang benar aja :P
  • Jangan sampai kita malah menempatkan allah sebagai harapan terakhir.Justru semestinya kita menempatkan allah sebagai tumpuan harapan alias pemeran utama.
  • Sekarang bagaimana dengan anda?Masih tidak mau berharap kepada allah?
Ringkasnya, allahlah yang telah mendidik manusia untuk berharap balasan allah. Jadi, adalah wajar apabila manusi berharap balasan tersebut. Tentu, ini bukan dari sekedar balasan, melainkan piagam tetinggi. Soalnya piagam ini berasal dari zat yang maha tinggi, yang ianya mungkin berupa kenikmatan di dunia maupun dikahirat.

Tulisan terkait:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar